Senin, 09 Desember 2013

doa untuk ibu

 DOA UNTUK IBU

Aku tak tau apa yang harus kuLakukan tanpa dia
Dia yang seLaLu mengerti aku
Dia yang tak pernah Letih menasehatiku
Dia yang seLaLu menemani

DiaLah Ibu

Orang yang seLaLu menjagaku
Tanpa dia aku merasa hampa hidup di dunia ini
Tanpa.nya aku bukanlah apa-apa

Aku hanya seorang manusia Lemah

Yang membutuhkan kekuatan
Kekuatan cinta kasih dari ibu
Kekuatan yang Lebih dari apapun

Engkau sangat berharga bagiku

WaLaupun engkau seLaLu memarahiku
Aku tau
Itu bentuk perhatian dari mu
Itu menandakan kau peduLi denganku

Ya Allah,,

BerikanLah kesehatan pada ibuku
PanjangkanLah umur.nya
Aku ingin membahagiakan.nya
SebeLum aku atau dia tiada

Terimakasih Ibu

Atas apa yang teLah kau berikan padaku
Aku akan seLaLu menyanyangimu 

Rabu, 04 Desember 2013

Ayah

AYAH


Ayah...
Waktu aku kecil,engkau mengajari aku melangkah
Engkau tak pernah jenuh tuk menemani aku bermain
Engkau selalu menuntun setiap perjalananku
Dan sekarang aku sudah beranjak dewasa

Drama Lucu

Marlan : Marhan (Ayah)
Desi : Ani (Ibu)
Cahyono : Candra (putra Marhan dan Ani)

Candra : Ibu kenapa terlihat murung gitu Bu?

Ibu : Ibu pusing mikirin kamu, umur udah seusia gunung berapi tapi masih saja ogah menikah.

Ayah : Iya kamu tu nak, heran Bapak kenapa sih kamu nggak pengen-pengennya menikah padahal kata ibu tadi usia kamu udah seumuran gunung berantai.

Ibu : Gunung Berapi Pak Ayah : Oh.. iya, itu maksud Bapak, gungung berapi.

Candra : Owww.. berarti gungung berapi itu semuanya usianya sekitar 30-an tahun ya Bu/Pak? Berarti gunung-gunung berapi itu juga semuanya masih pada jomblo?

 Ibu : Ibu kurang tahu sih, tapi ngapain juga Ibu mikirin gunung, maunya Ibu yang penting putra Ibu lekas menikah.

Ayah : Iya, bener kata Ibu kamu. Kita nggak mau tahu soal gunung berantai. Yang penting putra tercinta Bapak segera mendapatkan pasangan.

Candra : Yaaa Ayah, berapa kali harus dibilangin?!

Ayah : Ya makanya kamu segera menikah biar nggak banyak yang perlu kamu bilangin ke Bapak.

Candra : Maksud aku bukan itu Pak. Itu tu.. Ayah : Itu apaan?

Candra : Gungung berapi, bukan gunung berantai.

Ayah : Oh.. iya, maksud Bapak gunung berapi.

Ibu : Eh.. sudah sudah.. Can, kamu cepetan cari isitri ya? Nggak baik lo kalau terus sendirian, lagian Ibu kan pengen punya momongan.

Candra : Kan Ibu udah punya aku, ngapain masih mikirin momongan lagi?

Ibu : Maksud Ibu itu, Ibu pengen punya cucu gitu.

Candra : Yang lucu plus imut gitu ya Bu?

Ibu : Iya. Yang imut, lucu dan suka makan sambal.

Ayah : Ah .. Ibu ini, masak pengen cucu aja harus yang doyan ama sambal.

Ibu : Terus kalau Bapak maunya yang bagaimana?

Ayah : Ya yang tinggi gitu dong biar kelihatan perkasa!

Candra : Tinggi Pak, emang setinggi apa?

Ayah : Setinggi tiang listrik Can

Candra : Oh.. gitu ya Pak, ya udah deh mulai sekarang Candra akan mencari pasangan untuk saya jadikan istri, dan segera memberikan momongan buat Ibu dan Ayah, yang lucu, imut, doyan sambal, dan tinggi kayak tiang listrik.

Drama Singkat

Suatu ketika disaat keadilan sudah menjadi kata yang punah. Sedang diadakannya ujian semester. Adi dan Banu duduk sebangku, Sita dan Dini duduk sebangku di depannya, sedangkan Budi duduk sendiri disamping Banu.
Mata pelajaran yang sedang di ujiankan adalah matematika, semua murid terlihat kebingungan dan kewalahan melihat soalnya. Dan terjadi lah percakapan antara 5 sekawan, Adi, Budi, Banu, Sita dan Dini.
Banu:      “Din, aku minta jawaban soal nomor  5 dan 6!”
Dini:         “A dan C”
Sita:         “kalau soal nomor 10,11 dan 15 jawabannya apa Ban?
Banu:      “10 A, 11 D, nomor 15 aku belum”
Adi:          “Huss, jangan kencang-kencang nanti gurunya dengar”
Sita:         “soalnya sulit sekali, masih banyak yang belum aku kerjakan”
Mereka berempat saling contek-mencontek seperti pelajar lainnya. Tapi tidak dengan Budi, ia terlihat rileks dan mengerjakan soal ujian sendiri tanpa mencontek.
Banu:      “Bud,kamu sudah selesai?”
Budi:        “Belum, tinggal 3 soal lagi”
Banu:      “Aku minta jawaban nomor 15 sampai 20 Bud!”
Budi:        “Tidak Bisa Ban,”
Banu:      “Kenapa? Kita sahabat bud, kita harus kerjasama”
Dini:         “Iya Bud, kita harus kerja sama”
Adi:          “Iya, kamu kan yang paling pintar disini bud”
Budi:        “tapi bukan kerjasama seperti ini teman-teman”
Sita:         “Kenapa memang Bud? Hanya 5 soal saja!”
Budi:        “Mencontek atau pun memberi contek adalah hal buruk, yang dosa nya sama. Aku tidak mau mencotek karena dosa, begitu pula member contek ke kalian. Aku minta maaf”
Sita:         “Tapi saat ini, sangat mendesak Bud”
Dini:         “Iya Bud, bantu kami”
Budi:        “tetap tidak bisa”
Adi:          “yasudah, biarkan. Urus saja dirimu sendiri Bud, dan kami urus diri kami sendiri.” (marah dan kesal)
Banu:      “biarkan, kita lihat di buku saja”
Banu lalu mengeluarkan buku dari kolong bangkunya secara diam-diam, kemudian melihat rumus dan jawaban di dalamnya. Lalu Sita menanyakan hasilnya.
Sita:         “Bagaimana Ban? Ada tidak?
Banu:      “ada, kalian dengar ya. 15 A, 16 D, 17 D, 18 B, 19 A, 20 C”
Kareana suara Banu yang agak terdengar keras, Guru pun mendengarnya dan menghampiri mereka berempat.
Guru:      “Kalian ini, mencontek terus. Keluar kalian”
Mereka berempat di hukum di lapangan untuk menghormati tiang bendera.
Banu:      “Aku tidak menyangka akan seperti ini”
Dini:         “Aku juga tidak menyangka, akan dihukum”
Sita:         “Seharusnya kita belajar ya”
Adi:          “Iya, Budi benar”
Banu:      “Disaat seperti ini, baru kita menyadarinya yah!”
Sita:         “Aku menyesal!”
Adi,Dini&Banu:   “Aku juga” bersama
Setelah itu Budi keluar dari kelas dan menghampiri mereka. Kemudian Budi ikut berdiri hormat seperti yang lain.
Dini:         “kenapa bud? Kamu di hukum juga?”
Budi:        “Tidak, aku ingin menjalani hukuman kalian juga.
                                Kita sahabat kan? Aku ingin kita bersama”
Sita:         “aku berharap ini menjadi pelajaran kita semua”
Dini:         “dan tidak kita ulangi lagi”
Adi:          “Kita sahabat sejati”
Lalu mereka semua menjalani hukuman dengan penuh senyum dan tawa. Persahabatan akan mengalahkan segala keburukan.

KUCINTA INDONESIA

KU CINTA INDONESIA


Ketika malam mulai menyapa
Desiran angin menusuk raga
Dngin'a rasa mnyelimuti jiwa
Semangat muda menambah makna

Aku Rindu Ibu

AKU RINDU IBU…


Disini aku duduk sendiri
Ditepi pantai yang damai ini
Tidak terdengar deruh ombak
Melaikan hembusan angin pantai
Membelai halus rambut ini.